0
PORTAL KNGB, Belawan - Mogok nasional di Medan tercatat dilakukan para sopir truk yang tergabung dalam Persatuan Sopir Truk Pelabuhan Belawan (PSTPB) mengakibatkan proses pengeluaran barang impor dan antar-pulau dari terminal peti kemas Belawan International Container Terminal (BICT), Jumat (1/11), terganggu. Diperkirakan ratusan peti kemas berbagai jenis barang impor dan antar-pulau menumpuk di terminal peti kemas terkemuka di luar Pulau Jawa itu karena tak ada truk yang mengangkutnya.

Biasanya puluhan truk angkutan trado maupun truk yang dimodifikasi untuk mengangkut peti kemas selalu ramai berseliweran membawa peti kemas keluar masuk BICT. Namun, kemarin suasana di BICT sunyi dan hanya satu dua truk yang melintas.

Jalan menuju pintu gerbang terminal peti kemas BICT biasanya dijejali truk yang parkir. Namun pada aksi mogok nasional buruh dan sopir truk Jumat kemarin jalan itu lengang tanpa antrean truk parkir.

Asisten Manajer Hukum dan Humas Pelindo I BICT, Tengku Irfansyah mengakui jumlah truk yang beroperasi sedikit, namun bongkar muat tetap berlangsung karena peti kemas yang akan dimuat sebelumnya sudah berada di lapangan penumpukan (container yard/CY).

Ia mengakui aksi mogok sopir truk menimbulkan sedikit kendala. "Kendalanya paling dirasakan oleh pemilik barang," kata Irfansyah.

Terkait dengan proses pengeluaran barang dari BICT, menurut Irfansyah, hal itu berdasarkan permintaan pemilik barang. 
 
"Sampai saat ini belum ada permintaan, karena rata-rata peti kemas masih dalam masa penumpukan," kata Irfansyah.

Suasana berbeda terjadi di Pelabuhan Belawan. Kendati sopir PSTPB melakukan aksi mogok, namun aktivitas bongkar muat berjalan normal. Sejumlah kapal yang bersandar di pelabuhan itu tetap melakukan proses bongkar muat dan sejumlah truk pun terlihat mondar-mandir mengangkut barang keluar masuk ke pelabuhan.

Tumbur Sinurat salah seorang sopir yang ditemui di pinggiran dermaga 102 Pelabuhan Belawan mengatakan, dia tidak mau ikut-ikutan melakukan mogok karena keluarganya butuh makan.
 
"Kalau aku tak narik siapa yang ngasih keluargaku makan," katanya.

Dipukuli Aparat Polisi Ratusan sopir truk yang hendak masuk Kota Belawan untuk berunjuk rasa dipukuli aparat kepolisian di Simpang Sicanang, Belawan. Tujuh orang yang mencoba menerobos barikade polisi menderita luka-luka dihantam pentungan dan tendangan.

Peristiwa itu bermula dengan datangnya seratusan sopir PSTPB dari kawasan KIM hendak memasuki Kota Belawan. Di Simpang Sicanang Belawan massa sopir yang mengendarai mobil pikup terbuka dengan pengeras suara, truk pengangkut kontainer dan sepeda motor dihadang pasukan gabungan Poldasu, Brimob dan Polres Pelabuhan Belawan serta TNI.

Kendati sudah dilarang untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Belawan, massa sopir yang didukung mahasiswa dan LSM itu memaksa menerobos sehingga pemukulan pun terjadi. Untuk membubarkan aksi massa PSTPB, polisi pun terpaksa melepaskan tembakan gas air mata yang membuat massa pengunjuk rasa kucar-kacir.

Anggota PSTPB mundur dan bergabung dengan massa Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh dan Rakyat (KNGBR) yang datang belakangan. Tak jauh dari Simpang Sicanang Belawan massa pun secara bergantian melakukan orasi yang mengecam tindakan represif aparat kepolisian.

Johan Merdeka, salah seorang kordinator aksi mengatakan, tindakan polisi terhadap pengunjuk rasa damai keterlaluan.
 
"Anggota kami dipukuli seperti binatang. Kami dituduh tidak memiliki izin padahal berunjuk rasa tak memerlukan izin melainkan hanya pemberitahuan. Sebelum melakukan aksi kami sudah menyampaikan pemberitahuan ke Polres Pelabuhan Belawan," kata Johan. (medan bisinis)

Post a Comment Blogger

 
Top