PORTAL KNGB, Jakarta - Puluhan buruh yang merupakan pimpinan dari Konfederasi Buruh Hongkong dan China berbagai pengalaman aksi mereka pada bulan Pebruari 2013. Suasana pertemuan terlihat begitu hangat apalagi kemudian beberapa buruh yang berasal dari pelabuhan datang dalam pertemuan di LBH jakarta tersebut.
Diketahui bahwa aksi penuntutan kenaikan upah sebesar 23 persen di Hongkong itu berlangsung selama 40 hari dan tentu saja menyebabkan kerugian yang cukup besar. Tapi itu semua disebabkan karena pengusaha tidak memenuhi tuntutan buruh yang gajinya tidak pernah naik dan bekerja dengan kondisi yang memprihatinkan.
Tahun 1995 upah buruh hongkong perhari sebasar 1.400.000 rupiah dan malah tahun 2013 gaji perhari malah berkurang menjadi 1.300.000 rupiah. Perusahaan juga melarang buruh mendapatkan hak berorganisasi. Sistem kerja outsourching merupakan cara licik pengusaha untuk menghilangkan hak-hak buruh yang harus diberikan. Perusahaan menolak tuntutan buruh dengan alasan bahwa mereka bukanlah perusahaan yang mengontrak mereka.
Diketahui bahwa aksi penuntutan kenaikan upah sebesar 23 persen di Hongkong itu berlangsung selama 40 hari dan tentu saja menyebabkan kerugian yang cukup besar. Tapi itu semua disebabkan karena pengusaha tidak memenuhi tuntutan buruh yang gajinya tidak pernah naik dan bekerja dengan kondisi yang memprihatinkan.
Tahun 1995 upah buruh hongkong perhari sebasar 1.400.000 rupiah dan malah tahun 2013 gaji perhari malah berkurang menjadi 1.300.000 rupiah. Perusahaan juga melarang buruh mendapatkan hak berorganisasi. Sistem kerja outsourching merupakan cara licik pengusaha untuk menghilangkan hak-hak buruh yang harus diberikan. Perusahaan menolak tuntutan buruh dengan alasan bahwa mereka bukanlah perusahaan yang mengontrak mereka.
Iuran anggota Serikat Buruh juga sangat kecil dan mereka hanya bisa membayar 150 dollar Hongkong setahun dan ini menjadi kendala Serikat Buruh Hongkong dalam membantu buruh menggalang aksi untuk menuntut upahnya.
Dalam aksi itu pengusaha sempat mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk mengeluarkan buruh dan pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan di pelabuhan. Akhirnya pengadilan karena tekanan pengusaha mengeluarkan keputusan untuk membubarkan para demonstran di Hongkong. Tindak kekerasan dari aparat sempat terjadi dan kemudian serikat buruh dan organisasi masyarakat sipil melakukan kampanye untuk mencari dukungan dari banyak pihak.
Tanggal 17 April kami tidak hanya aksi di areal pelabuhan tapi kami memperluas aksi di gedung milik pengusaha terbesar di Hogkong. 500 ribu buruh pelabuhan dengan didukung ratusan ribu massa buruh dan unsur rakyat lainnya ikut memberikan dukungan solidaritas juga dukungan uang dari masyarakat yang terkumpul sekitar 9 juta dollar Hongkong (setara 14 milyar rupiah).
Buruh dalam aksinya mendapat perlawanan pengusaha yang berusaha memisahkan antara Serikat dan buruh. Di Hongkong berbeda, saya sendiri bukan bekerja di pabrik tapi bekerja untuk serikat buruh. Kita harus yakinkan bahwa walau tuntutan belum sesuai dengan besaran tuntutannya tapi keputusan itu adalah keputusan buruh. Dan kita berhasil mematahkan upaya pemecahan yang dilakukan oleh pengusaha.
Pelajaran yang kedua, dalam proses memobilisasi kita tidak hanya memobilisiasi buruh tapi juga memobilisasi masyarakat lainnya dan menceritakan soal penderitaan buruh bekerja yang disebakan aturan yang dibuat oleh pengusaha. Kita terus menjelaskan kepada publik kenapa buruh melakukan pemogokan. Pada pemogokan sebelumnya buruh tidak melakukan hal ini dan tidak menyadarkan masyarakat umum, tanpa dukungan publik. Sekarang buruh mendapat dukungan dari publik. Kita menyebarkan leaflet untuk menggambarkan secara fisual bagaimana kondisi penderitaan buruh dan bagaimana pengusaha mendapatkan uang dan memperkerjakan buruh lewat perusahaan-perusahaan outsourching lainnya.
Dengan gambar visual yang sederhana tapi gampang dipahami oleh publik akhirnya aksi mogok kerja buruh mendapat dukungan yang sangat luas dari semua unsur rakyat lainnya. Dalam share ini terlihat antusias dari semua peserta berkaitan dengan kondisi kerja di Hongkong yang ternyata upah dan sistem kerja dieksploitasi juga.
Post a Comment Blogger Facebook